PROFIL KELUARGA MIGRAN MISKIN

Yana Sundayani, Bambang Sugeng, Decky Irianti, Aribowo ., Suradi .

Sari


Abstract

The aim of the research is to gain emprical descriptions, examine and analyse deeply about the profile of poor migrant families in Babakan Surabaya Village, Kiaracondong Sub-district. The approach used is qualitative approach with descriptive qualitative method. The data resource in this research are poor migrant families, local government, city government and documentary data. Data collection technique uses in-depth interview, participative observation, documentation study and data analysis technique used is qualitative data analysis technique. The result showed that: 1) the characteristic of poor migrant families in Babakan Surabaya Village came from several regions beyond Bandung City. The basic needs fulfilment can be met  even if sober, divorced families and children and wives live in the village. Migrant workers have spirit and hopes to get a better life than their origin. 2). The livelihood of migrant workers generally in informal sector with income below the regional minimum wage. Assets in the form of house, and stalls, the educational background is elementary school. Division of labour system has been a regular and hereditary. 3). The Support network/system often shifts in accordance with the job requirements. Migrant workers always related to social system closest to jobs or social system derived from their origin and has close bond with social network. It is a system to strengthen their trading system and very useful in facing problems or needs fulfilment with their trade. The relation with nucleus family and community are mutual support and help each other. Social relationship with community in the village still stay in touch and the bond with families become a brace to back to hometown. 4). Social service accessibility and work mobility from poor migrant families not all of them can get the social service. The accessibility of formal resource system is very low. The formal system the most needed system is cooperation or credit agency. Informal system accessibility is very good and community resource can be reached and applied well. 5). Migrant workers mobility in doing activity performed in accordance with the requirements. Returning to hometown is still done by migrant workers as needed. It is indicated that migrant workers have a spirit to go to hometown because their families are waiting. According to the result in the field shows that the profile of poor migrant families in Babakan Surabaya Village, Kiaracondong Sub-district are the hard workers even though with the poor living condition and have no alternative self development. “Return to Religion” is a “coping mechanism”. The work system is division of labour that is standardised work system but must obey the existing work system rules. Mastering production tools and working tools is low, migrant workers have a strong bond in regional social capital or occupation, and it is prolonged and durable network.

Keywords: migrant worker, poor families

 

 

 

 

Abstrak

Tujuan  penelitian adalah untuk memperoleh gambaran secara empirik, mengkaji serta melakukan analisis yang mendalam  tentang  profil keluarga migran miskin di Kelurahan Babakan Surabaya Kecamatan Kiaracondong. Pendekatan yang digunanakan adalah pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian adalah keluarga migran miskin, tokoh pemerintah lokal, pemerintah kota dan data dokumenter. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, observasi partisipasi, dan studi dokumentasi serta teknik analisa data yang digunakan adalah teknik analisa data kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan: 1) Karakteristik keluarga migran miskin yang ada di Kelurahan Babakan Surabaya berasal dari berbagai daerah  luar Kota Bandung. Pemenuhan kebutuhan pokok dapat terpenuhi walaupun seadanya,  keluarga pernah bercerai dan anak beserta isteri bertempat tinggal di kampung. Para pekerja migran mempunyai semangat dan harapan untuk mendapat kehidupan yang lebih baik dari daerah asal. 2) Matapencaharian para pekerja migran pada umumnya di sektor informal dengan penghasilan dibawah Upah Minimum Regional (UMR). Aset yang berupa rumah, warung dan lapak, latar pendidikan adalah SD.  Sistem  pembagian kerja telah teratur dan bersifat turun temurun sebagai warisan dari orangtua. 3) Jaringan/sistem pendukung pekerjaan terkadang berpindah-pindah tempat sesuai dengan kebutuhan pekerjaan. Para pekerja migran selalu terkait dengan sistem sosial yang terdekat dengan pekerjaannya atau sistem sosial yang berasal dari tempat asalnya dan mempunyai ikatan yang erat dengan jaringan sosial tersebut. Hal ini sebagai sistem untuk memperkuat sistem perdagangannya dan sangat berguna dalam  menghadapi  masalah maupun pemenuhan kebutuhan dengan usaha perdagangannya. Hubungan dengan keluarga inti dan masyarakat sekitar adalah saling mendukung, saling membantu. Hubungan sosial dengan masyarakat di kampung  masih tetap terjalin dan  ikatan  dengan keluarga di kampung menjadi penguat untuk pulang kampung. 4) Aksesibilitas pelayanan sosial dan mobilitas kerja dari keluarga migran miskin tidak semua mendapatkan pelayanan sosial. Aksesibilitas sistem sumber formal sangat rendah. Sistem formal yang paling dibutuhkan adalah koperasi atau lembaga perkreditan. Aksesibilitas sistem informal sangat baik dan sistem sumber kemasyarakatan dapat dijangkau dan dimanfaatkan dengan baik. 5) Mobilitas kerja pekerja migran dalam melakukan aktivitas dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan. Kepulangan ke kampung halaman masih dilakukan para pekerja migran sesuai dengan keperluan. Hal tersebut menunjukkan bahwa para pekerja migran mempunyai semangat untuk pulang kampung karena keluarganya menanti di kampung halamannya. Berdasarkan temuan hasil di lapangan menunjukkan bahwa profil keluarga migran miskin di Kelurahan Babakan Surabaya Kecamatan Kiaracondong adalah sebagai pekerja keras, meskipun dengan  kondisi kehidupan yang buruk, dan tidak memiliki alternatif  pengembangan diri.  “Return to Religion” merupakan “coping mechanism”. Sistem kerjanya adalah division of labour  yaitu sistem kerja secara baku, akan tetapi harus tunduk pada aturan sistem kerja yang ada. Penguasaan alat produksi dan alat kerja yang  rendah, para pekerja migran mempunyai keterikatan secara kuat dalam modal sosial kedaerahan maupun pekerjaan, dan bersifat  prolonged and durable network.

Kata kunci: pekerja migran, keluarga miskin


Teks Lengkap:

PDF


DOI: https://doi.org/10.31595/peksos.v14i1.43

Refbacks

  • Saat ini tidak ada refbacks.